Kamis, 18 Oktober 2012
Rabu, 17 Oktober 2012
Kuesioner Masalah Mental Emosional dan Autisme
KUESIONER
MASALAH MENTAL EMOSIONAL (KMME)
NO
|
PERTANYAAN
|
YA
|
TIDAK
|
1
|
Apakah anak anda seringkali terlihat marah tanpa sebab yang jelas?
(Seperti banyak menangis, mudah tersinggung atau bereaksi berlebihan
terhadap hal-hal yang sudah biasa dihadapinya)
|
|
|
2
|
Apakah anak anda tampak menghindar dari teman-teman atau anggota
keluarganya?
(Seperti ingin merasa sendirian, menyendiri atau meras sedih
sepanjang waktu, kehilangan minat terhadap hal-hal yang biasa diminati)
|
|
|
3
|
Apakah anak anda terlihat berprilaku merusak dan menentang terhadap
lingkungan di sekitarnya?
(Seperti melanggar peraturan yang ada, mencuri, seringkali melakukan
perbuatan yang berbahaya bagi dirinya atau menyiksa binatang atau anak-anak
lainnya serta tampak tidak peduli dengan nasehat-nasehat yang sudah diberikan
kepadanya)
|
|
|
4
|
Apakah anak anda memperlihatkan adanya perasaan ketakutan atau
kecemasan yang berlebihan yang tidak dapat dijelaskan asalnya atau tidak
sebanding dengan anak lain seusianya?
|
|
|
5
|
Apakah anak anda mengalami keterbatasan oleh karena adanya
konsentrasi yang buruk atau mudah teralih perhatiannya sehingga mengalami
penurunan dalam aktivitas sehari-hari atau prestasi belajarnya?
|
|
|
6
|
Apakah anak anda menunjukkan perilaku kebingungan sehingga mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi dan membuat keputusan?
|
|
|
7
|
Apakah anak anda menunjukkan adanya perubahan pola tidur?
(Seperti sulit tidur sepanjang waktu, terjaga sepanjang hari, sering
terbangun di waktu tidur malam oleh karena mimpi buruk atau mengigau)
|
|
|
8
|
Apakah anak anda mengalami perubahan pola makan?
(Seperti kehilangan nafsu makan, makan berlebihan atau tidak mau
makan sama sekali)
|
|
|
9
|
Apakah anak anda seringkali mengeluh sakit kepala, sakit perut atau
keluhan-keluhan fisik lainnya?
|
|
|
10
|
Apakah anak anda seringkali mengeluh putus asa atau berkeinginan
untuk mengakhiri hidupnya?
|
|
|
11
|
Apakah anak anda menunjukkan adanya kemunduran perilaku atau
kemampuan yang sudah dimilikinya?
|
|
|
12
|
Apakah anak anda melakukan perbuatan yang berulang-ulang tanpa alasan
yang jelas
|
|
|
CEKLIS DETEKSI DINI AUTIS
PADA ANAK UMUR 18-36 BULAN
CHAT (Checklist
for Autism in Toddler)
A
|
ANAMNESIS
|
YA
|
TIDAK
|
1
|
Apakah anak senang diayun-ayun atau diguncang-guncang naik turun
(bounched) di paha anda?
|
|
|
2
|
Apakah anak tertarik (memperhatikan) anak lain?
|
|
|
3
|
Apakah anak suka memanjat-manjat, seperti memanjat tangga?
|
|
|
4
|
Apakah anak suka bermain “ciluk ba”, petak umpet?
|
|
|
5
|
Apakah anak pernah bermain seolah-olah membuat secangkir the
menggunakan mainan berbentuk cangkir dan teko atau permainan lain?
|
|
|
6
|
Apakah anak pernah menunjuk atau meminta sesuatu dengan menunjukkan
jari?
|
|
|
7
|
Apakah anak pernah menggunakan jari untuk menunjuk ke sesuatu agar
anda melihat ke sana?
|
|
|
8
|
Apakah anak dapat bermain dengan mainan yang kecil (mobil atau kubus)
|
|
|
9
|
Apakah anak pernah memberikan suatu benda untuk menunjukkan sesuatu?
|
|
|
B
|
PENGAMATAN
|
YA
|
TIDAK
|
1
|
Selama pemeriksaan apakah anak anda menatap (kontak mata) dengan
pemeriksa?
|
|
|
2
|
Usahakan menarik perhatian anak, kemudian pemeriksa menunjuk sesuatu
di ruangan pemeriksaan sambil mengatakan : “Lihat itu ada bola (atau mainan
lain)”
Perhatikan mata anak, apakah ia melihat ke benda yang ditunjuk, bukan
melihat tangan pemeriksa.
|
|
|
3
|
Usahakan menarik perhatian anak, berikan mainan gelas/cangkir dan
teko. Katakan pada anak : “Buatkan secangkir susu buat mama!”
|
|
|
4
|
Tanyakan pada anak : “Tunjukkan mana gelas !” (Gelas dapat diganti
dengan nama benda lain yang dikenal anak dan ada disekitar kita). Apakah anak
menunjukkan benda tersebut dengan jarinya? Atau sambil menatap wajah anda
ketika menunjuk ke sesuatu benda.
|
|
|
5
|
Apakah anak anda menumpuk beberapa kubus/balok menjadi suatu menara?
|
|
|
Hematom Vulva
ASUHAN KEBIDANAN DALAM
MEMPERSIAPKAN DAN KOLABORASI UNTUK INSISI HEMATOMA VULVA DAN ABSES PAYUDARA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
B.
TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A.
HEMATOMA VULVA
1. Pengertian
Hematoma
Hematoma
adalah di dapatkannya gumpalan darah sebagai akibat cidera atau robeknya
pembuluh darah wanita hamil aterm tanpa cidera mutlak pada lapisan jaringan
luar. Penyebab terutama karena gerakan kepala janin selama persalinan
(spontan), akibat pertolongan persalinan, karena tusukan pembuluh darah selama
anestesi lokal atau penjahitan dan dapat juga karena penjahitan luka episiotomi
atau ruptur perinei yang kurang sempurna.
Hematoma
vulva timbul segera setelah persalinan selesai. Perdarahan ke dalam jaringan
subkutan vulva dan ataupun pada dinding vagina di sebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah. Hematoma vulva jua bisa terjadi karena trauma tekanan atau
berhubungan dengan perbaikan robekan perineum atau episiotomi. Ibu yang baru
saja melahirkan mengeluh rasa sakit dan hal ini sangat mungkin mengalami syok
derajat tertentu yang tidak berhubungan dengan besarnya hematoma. Di perlukan
transfusi darah untuk mengatasi syok dan perdarahan yang lebih berat. Hematoma
tersebut akan memerlukan drainase dan penjahitan kembali yang biasanya di
lakukan dengan anestesi umum. Kecuali bila hematoma tersebut kecil dan hany
menunjukkan gejala-gejala yang ringan.
Lokasi
hematoma obstetrik dapat di daerah infra lefatorial, misalnya hematoma vulva,
perineum dan dalam fosa ischiorectal atau di daerah infra levatorial yaitu
pravaginal, ligamentum latum, dan
mungkin juga naik ekstraperitoneal sampai setinggi lingkaran pelvis. Hematoma
infralevatorial di tandai dengan didapatkannya tumor yang nyeri di daerah
perineum atau vulva, berwarna biru merah. Tergantung besar dan lokasinya dapat
memberikan keluhan lokal, gangguan kemih, atau tekanan pada pencernaan.
Hematoma supralevatorial memberikan keluhan nyeri perut bawah yang semakin
bertambah pasca persalinan. Kadang-kadang tampak menonjol kedepan pada
sepertiga atas vagina, atau tumor di samping uterus yang cepat membesar. Bila
terus menerus membesar akan di dapatkan pre-syok dan apabila tidak segera di
atasi penderita jatuh dalam syok dan anemia.
Hematoma
vulva paling sering berasal dari cabang-cabang arteri pudenda, termasuk arteri
labialis posterior, perinealis transversal, atau rectalis posterior. Hematom
paravaginal mungkin di sebabkan oleh cabang desenden arteri uterina. Pada
stadium awal, hematom membentuk pembengkakan bulat yang menonjol ke dalam
bagian atas saluran vagina dan mungkin hampir menutupi lumennya. Apabila
berlanjut, perdarahan dapat merembes ke arah retroperitoneum dan membentuk
suatu tumor yang teraba di atas ligamentum puoparti, atau kearah atas dan
akhirnya mencapai batas bawah diafragma.
Hematoma
yang berukuran sedang dapat di serap secara spontan. Jaringan di atas hematoma
dapat berlubang akibat nekrosis yang di timbulkan oleh tekanan, dan dapat
terjadi perdarahan deras. Pada kasus yang lain, isi hematoma mungkin keluar
dalam bentuk gumpalan-gumpalan besar bekuan darah.
Hematoma
vulva di diagnosa berdasarkan nyeri peritoneum hebat dan kemunculan mendadak
benjolan yang tegang, fluktuatif, dan sensitif dengan ukuran beragam serta
perubahan warna kulit diatasnya. Apabila terbentuk di dekat vagina,
kadang-kadang massa mungkin tidak terdeteksi , tetapi gejala-gejala penekanan
apabila penekanan bukan nyeri, atau ketidak mampuan berkemih seyogyanya di
lakukan segera pemeriksaan vagina. Apabila meluas ke atas di antara ligamentum
latum, hematom mungkin lolos deteksi, kecuali apabila sebagian benjolan dapat
di raba dan di palpasi abdomen atau terjadi hipovelemia.
Hematoma
vulva yang kecil dan teridentifikasi setelah pasien keluar dari kamar bersalin
dapat di biarkan. Namun, apabila nyerinya parah, atau apabila hematoma terus
membesar, terapi terbaik adalah insisi segera.
Insisi
dilakukan di titik distersi maksimum di sertai evakuasi darah dan bekuan serta
ligasi titik-titik perdarahan. Rongga kemudian di obliterasi dengan jahitan
matras. Setelah hematoma di keringkan sering tidak di temukan titik-titik
perdarahan. Pada kasus hematoma bukan rongga hematomanya yang di tampon selama
12-24 jam. Pada hematoma traktur genitalia, kehilangan darah hampir selalu jauh
lebih besar dari pada yang di perkirakan secara klinis.
Hematoma
subperitoneum dan supra vagina lebih sulit di terapi. Hematoma jenis ini dapat
di evakuasi dengan insisi perineum, tetapi bila terjadi hemostasis komplit,
yang sulit di capai dengan insisi, di sarankan tindakan laparotomi.
2. Hematoma
Vulva
Terjadinya
robekan vulva disebabkan oleh karena robeknya, pembuluh darah terutama vena
yang terikat di bawah kulit alat kelamin luar dan selaput lendir vagina.
Hal
ini dapat terjadi pada kala pengeluaran, atau setelah penjahitan luka robekan
yang senbrono atau pecahnya vasises yang terdapat di dinding vagina dan vulva.
Hematoma sering terjadi dibahwah penjahitan luka episiotomi yang tidak sempurna
atau robekan pada dinding vagina yang tidak dikenali merupakan sebab terjadinya
hematoma. Tersebut apakah ada sumber perdarahan. Jika ada, dilakukan penghentian
perdarahan. Perdarahan tersebut dengan mengikat pembuluh darah vena atau arteri
yang terputus. Kemudian rongga tersebut di isi dengan kasa steril sampai padat dengan
meninggalkan ujung kasa tersebut di luar. Kemudian luka sayatan dijahit dengan jahitan
terputus-putus atau jahitan jelujur. Dalam beberapa hal setelah summber perdarahan
ditutup, dapat pula dipakai drain.
3. Penanganan
Hematoma
a. Penanganan
hematoma tergantung pada lokasi dan besar hematoma. Pada hematoma yang kecil,
tidak perlu tindakan operatif, cukup dilakukan kompres.
b. Pada
hematoma yang besar lebih-lebih disertai dengan anemia dan pre-syok, perlu segera
dilakukan pengosongan hematoma tersebut. Di lakukan sayatan di sepanjang bagian
hematoma yang paling terenggang. Seluruh bekuan dikeluarkan sampai kantong
hematoma kosong. Dicari sumber perdarahan, perdarahan dihentikan dengan mengikat
atau menjahit sumber perdarahan tersebut. Luka sayatan kemudian di jahit. Dalam
perdarahan infus dapat dipasang drain atau dimasukkan kasa steril sampai padat dan
meninggalkan ujung kasa tersebut diluar.
Langganan:
Postingan (Atom)